Kain Sasirangan sebagai Warisan Budaya Banjar

     

        Kain sasirangan merupakan hasil karya cipta masyarakat Banjar yang banyak diminati oleh masyarakat lokal, domestik maupun mancanegara. Hal itu tentunya membuat kain sasirangan menjadi ikon khas Kalimantan Selatan yang sudah dikenal luas karena motif dan keunikannya. Kain sasirangan merupakan kain yang diberi corak dan warna tertentu kemudian dipolakan secara tradisional disesuaikan dengan citarasa budaya etnis Banjar. Apa sih sasirangan itu? Mengapa bisa dinamakan dengan sasirangan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cari tahu pengertian dari sasirangan itu sendiri. Secara harfiah, sasirangan bukanlah merupakan kata benda. Dimulai dari awalan kata “Sa” yang berarti satu dan “Sirang” yang berarti jelujur (dijahit). Sehingga dapat diartikan bahwa sasirangan merupakan menjahit atau menjelujur pada sebuah kain. Hal ini sesuai dengan proses pembuatannya yaitu dijelujur (dijahit) kemudian dicelup ke dalam zat pewarna (Faisal, 2022).

        Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau penyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembuatan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan sebagai kain pamintaan yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat (Suratno, et al., 2017). Namun, di zaman sekarang Kain sasirangan menjadi sangat banyak digunakan sebagai pakaian formal maupun nonformal, terlihat dari banyaknya pekerjaan yang mewajibkan karyawannya menggunakan baju sasirangan dan kewajiban anak sekolah di tingkat TK, SD, SMP, sampai SMA diwajibkan menggunakan baju sasirangan dihari tertentu. Selain itu, kain sasirangan juga banyak digunakan untuk kebutuhan Fashion yang unik sebagai pakaian dress, kebaya dan pakaian lainnya yang bisa digunakan sehari-hari.

        Batik sasirangan memiliki keunikannya sendiri yang tidak bisa disamakan dengan yang lain. Warna dasar kain yang mula-mula putih, setelah menjadi kain sasirangan berubah menjadi beraneka warna. Selembar kain sasirangan pada umumnya didominasi oleh garis-garis berganda atau berjajar dua atau tiga. Garis-garis itu tersusun secara vertikal, kemudian di sampingnya tersusun pula secara vertikal motif tradisional Banjar, atau motif inovasi baru. Motif tradisional kain sasirangan ini antara lain motif Kulat Karikit, Gigi haruan, Hiris Pudak, Naga Belimbur, Ular Lidi, bayam Raja, Bintang Bahambur, Tampuk Manggis, Kambang Sakaki, Daun Jeruju, Kambang Kacang Kangkung Kaombakan, Hiris gagatas, Turun Dayang, Ombak Sinampur karang (Faisal, 2022). Selain itu, juga ada ratusan motif yang telah dikembangkan. sampai sekarang, kepercayaan dan keyakinan akan kekuatan magis pada kain Sasirangan ternyata masih ada.

Motif Kain Sasirangan
Sumber : Good News From Indonesia

     Dahulu kala kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri. Zat pewarna alami inilah yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, selain juga kepercayaan masyarakat Banjar akan motif yang ditampilkan juga dapat menyembuhkan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kain Sasirangan kini lebih banyak menggunakan zat pewarna sintetis yang menghasilkan ragam warna yang dirasa lebih menghasilkan warna cerah dan lebih awet. Pewarna yang biasa dipakai adalah pewarna napthol.

Berikut arti warna Sasisangan yang terkenal adalah sebagai berikut:

  • Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa). 
  • Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia). 
  • Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke). 
  • Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal. 
  • Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera). 
  • Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress) (Almas, 2018). 
  
  Gambar kain sasirangan berwarna kuning
 Sumber : Tokopedia

 
  Gambar kain sasirangan berwarna hijau  
   Sumber : Shopee

       Didalam proses pewarnaan kain sasirangan, proses yang sangat menarik perhatian untuk lebih lanjut di teliti adalah mengapa kain sasirangan dominan memiliki warna mencolok dan bagaimana cara agar pewarna kain bisa tahan lama? untuk penjelasan lebih lanjut, mari simak penjelasan berikut ini

            Pada pewarnaan kain sasirangan, umumnya terdapat beberapa senyawa pembentuk pewarna tersebut, seperti NaOH (Natrium Hidroksida), Na2CO3 (Natrium Karbonat), Na2S2O4 (Natrium Ditionit),  H2O2 (Hidrogen Peroksida), HCl (Asam Klorida). Dibawah ini, akan dijelaskan beberapa hal tentang senyawa senyawa tersebut

  1. NaOH (Natrium Hidroksida)
        Natrium hidroksida  merupakan senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium Na+ dan anion hidroksida OH-. Natrium hidroksida merupakan basa kuat yang sangat bersifat korosif sehingga harus berhati-hati pada saat menggunakannya. Berikut struktur kimia dari NaOH :
Gambar struktur molekul NaOH
Sumber : Penulis

Senyawa                      : Natrium Hidroksida

Rumus molekul           : NaOH

Unsur yang terlibat     : natrium (Na), oksigen (O), dan hidrogen (H)

Massa Atom                : 39,997 g/mol


      2.  Na2CO3 (Natrium Karbonat)


Natrium karbonat merupakan senyawa kimia berbentuk padatan kristal putih yang terdiri dari ion natrium (Na+) dan ion karbonat (CO32-). Natrium karbonat dapat menyebabkan iritasi sehingga harus berhati-hati pada saat menggunakannya. Berikut struktur kimia dari Na2CO3 :

 

Gambar struktur molekul Na2CO3
Sumber : Penulis

Senyawa                      : Natrium Karbonat

Rumus molekul           : Na2CO3

Unsur yang terlibat     : natrium (Na), karbon (C), dan oksigen (O)

Massa Atom                : 105,99 g/mol


        3. Na2S2O4 (Natrium Ditionit)

            Natrium ditionit atau dikenal juga dengan sebutan natrium hidrosulfit merupakan senyawa kimia berbentuk serbuk kristal putih yang terdiri dari ion natrium (Na+) dan ion ditionit (S2O42-). Natrium ditionit dalam pewarnaan tekstil digunakan pada saat proses memasak warna sehingga dapat meningkatkan kecerahan  warna. Berikut struktur kimia dari Na2S2O4 :


Gambar struktur molekul Na2S2O4
Sumber : Penulis

Senyawa                      : Natrium Ditionit

Rumus molekul           : Na2S2O4

Unsur yang terlibat     : natrium (Na), belerang (S), dan oksigen (O)

Massa Atom                : 174,107 g/mol


     4. H2O2 (Hidrogen Peroksida)

          Hidrogen peroksida (H2O2) adalah zat kimia yang berbentuk cairan bening dengan tekstur sedikit lebih kental daripada air. Hidrogen peroksida ditemukan di banyak rumah tangga pada konsentrasi rendah (3-9%) untuk aplikasi obat dan sebagai pemutih pakaian dan rambut. Dalam industri, hidrogen peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi digunakan sebagai pemutih untuk tekstil dan kertas, sebagai komponen bahan bakar roket, dan untuk memproduksi karet busa dan bahan kimia organik.  Berikut struktur kimia dari H2O2 :

Gambar struktur molekul H2O2
Sumber : Penulis

Senyawa                      : Hidrogen Peroksida

Rumus molekul           : H2O2

Unsur yang terlibat      : hidrogen (H) dan oksigen (O)

Massa Atom                : 34,015 g/mol


     5. HCl (Asam Klorida)

        Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Asam klorida (HCl) atau asam muriatik adalah senyawa anorganik yang dibentuk oleh pelarutan hidrogen klorida dalam air, menyebabkan ion hidronium (H3O+) dan ion klorida (Cl). Dalam industri, asam klorida banyak dimanfaatkan, namun asam klorida termasuk dalam asam kuat yang bersifat korosif sehingga penggunaanya harus berhati-hati. Berikut struktur kimia dari HCl 

 

Gambar struktur molekul HCl
Sumber : Penulis

Senyawa                      : Asam Klorida

Rumus molekul           : HCl

Unsur yang terlibat     : hidrogen (H) dan klorin (Cl)

Massa Atom                : 36,46 g/mol

         Warna kain sasirangan yang mencolok dan tahan lama ini dapat terjadi karena adanya fenomena kimia loh? fenomena kimia yang dapat di integrasikan dengan fenomena pewarnaan kain sasirangan adalah ikatan kimia. Karena kapas yang merupakan bahan dasar pembuatan kain merupakan serat selulosa alami yang terdiri dari hampir 88-90% selulosa murni dan bersifat hidrofilik. Rantai selulosa dalam serat kapas cenderung ditahan oleh ikatan hidrogen. Tiga gugus OH, satu primer dan dua sekunder, pada setiap unit selobiosa berulang dari selulosa bersifat reaktif secara kimiawi. Gugus-gugus ini dapat mengalami reaksi substitusi dalam prosedur yang dirancang untuk memodifikasi serat selulosa atau dalam penerapan pewarna dan pelapis untuk pengikatan silang.

Struktur Kapas
Sumber : Penulis

        Dari kebudayaan pembuatan kain sasirangan, khususnya pada pewarnaan kain, terdapat fenomena kimia yang terjadi pada prosesnya. Proses tersebut yaitu pengikatan pewarna pada kain dengan reaksi pengikatan persenyawaan 3-(2-aminoethylamino) propyltrimethoxy silane (silana) sebagai zat penghubung untuk mengikat secara kimia turunan dari 2,6-dibromo-4-flouroaniline (pewarna organik) dimana turunan ini merupakan kelompok warna tidak reaktif yang berarti tidak memiliki afinitas kimia yang signifikan untuk fiksasi. Oleh karena itu dibutuhkan zat penghubung (coupling) untuk meningkatkan fiksasinya. Berikut mekanisme pengikatan kimia antara kain dengan pewarna:
Mekanisme pengikatan kimia antara kain dengan pewarna
sumber : quora.com


        Silana(zat penghubung) tersebut bereaksi dengan air dengan adanya katalis (HCl atau senyawa organotin) menghasilkan hidrolisis gugus alkoksi −O silana yang dapat diikuti oleh sejumlah kemungkinan reaksi kondensasi (−H2O). Jika konsentrasi silana yang digunakan lebih besar, maka reaksi kondensasi dapat terjadi antara molekul silana itu sendiri yang dapat menghasilkan silan polimer (Si−O−Si). Reaksi kondensasi lainnya dapat berupa reaksi gugus OH silana dengan gugus OH kapas yang akan berikatan kovalen (Si−O−C). Gugus fungsional kedua dari silana, yaitu gugus amida (−NH2) dari silana juga dapat berinteraksi dengan gugus OH dari pewarna. Reaksi kimia antara pewarna dan kapas melalui silana bersama dengan interaksi fisik seperti ikatan hidrogen menghasilkan daya rekat pewarna yang tahan lama pada kapas.

Referensi :

Almas, Z. (2018). Nilai-Nilai Dalam Motif Kain Sasirangan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2), 210-220.

Faisal, A. R. (2022). Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Motif Kain Sasirangan. Seri Publikasi Pembelajaran, 1(2), 1-12

Kemendikbud. (2013). Sasirangan. Kemdikbud.go.id

Rafida, N. N. (2021). Sasirangan: Kain Penyembuh Warisan Suku Banjar. Thetextilemap.design.blog

Suratno., Swandari, F., & Suyidno. (2017). Menggali Kearifan Lokal Banua untuk Bangsa. Inteligensia Media: Malang.Wahyuni, W., Alfisyah., & Arofah, L. (2021). Pelestarian Motif Kain Sasirangan oleh Pengrajin Sasirangan di Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Pendidikan Sosiologi1(2), 69-85

Komentar